Empat bulan pernikahan belum ada tanda-tanda kehamilan, padahal setiap
bulan selalu rutin membeli alat tes kehamilan diapotek terdekat. Bukan
hanya satu alat, terkadang aku bisa menghabiskan tiga sampai lima alat
tes untuk meyakinkanku.
Bulan ke lima, aku ditugaskan untuk mengikuti pelatihan pramuka diluar
kota selama kurang lebih lima hari. Disana kondisiku sehat tapi perutku
tidak begitu nyaman karena aku kira maag yang aku derita sedang kambuh,
sehingga aku meminum obat penetralisir asam lambung semacam promaag yang
di berikan panitia.
Singkat cerita aku pulang dengan semangat seorang pramuka, lelah sudah
pasti namanya juga diklat yang memforsir tenaga. Hari demi hari berlalu,
bulanpun berganti dan aku sadar kalau aku tidak haid selama satu bulan.
Kata seorang teman, aku harus menunggu sampai telat 5 hari sampai
seminggu baru tes kehamilan dan tidak perlu terburu-buru. Namun orang
yang sangat menginginkan kehamilan anak pertama, aku tak sabar menunggu
dan akupun membeli testpeck 4 (dua jenis) untuk memastikan keraguanku.
Tanpa memberitahu suami yang sedang bekerja diluar kota, aku mencoba
melakukan tes sendiri, awalnya strip 2 remang-remang tapi setelah satu
minggu telat alhamdulillah dua garis yang artinya positif.
Senang sekali dengan hasil itu, dan akupun berusaha menyembunyikan dari
suami untuk memberikannya kejutan tapi namanya juga orang bahagia jadi
tidak bisa menyembunyikan kebahagiaannya. Dua minggu berlalu akhirnya
aku dan suami memberanikan diri untuk pergi ke dokter kandungan.
Alhamdulillah sudah ada tanda kehamilan memasuki usia 7 minggu.
Kabar inipun sampai pada kedua orang tuaku, mereka antara sedih dan
bahagia. Sedih karena aku tidak segera menyelesaikan kuliahku dan
sekarang aku hamil. Tapi bagiku itu biasa, tidak aku anggap beban
meskipun aku pikirkan karena aku menjaga calon bayi dalam rahimku.
Ada sesuatu kehidupan didalam perut ini rasanya haru, takjub, bahagia,
bersyukur, khawatir menjadi satu campur aduk. Namun di awal-awal
kehamilanku aku sering sakit, badanku sering lemah. Mual muntah disaat
pagi menjelang berangkat kerja sehingga aku banyak izin dan terkadang
masuk agak siang karena tidak tahan dengan air dingin.
Inilah perjuangan awal untuk menjadi seorang ibu. Bagiku ini tantangan
atau amanah yang lebih seru dari pada sekedar mendaki gunung ataupun
menjadi seorang presiden.
Semangat menjadi calon ibu baru.
Siti Rohmawatin
05 Januari 2015