Tuesday, November 6, 2012

Renungan Anti Galau (Al-Fatihah)

Bismillahirrohmaanirrohiim...

Kita tidak boleh berfokus pada 1 masalah yang bakal bikin galau, masih banyak hal2 yang bisa kita syukuri. Bukankan Allah senang dengan ucapan syukur kita sehingga ketika kita mengucapkan ’Alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn’ seolah2 Allah menjawab ‘Hamba-Ku telah memuji-Ku’ (Hamba-Ku bersyukur pada-Ku) ?? lantas mengapa kita masih tetap fokus pada 1 diantara jutaan lainnya?

Pasrahkanlah semuanya pada Allah, biarlah Dia yang memberikan solusi atas masalahmu dengan segala usahamu dan jangan pernah menyerah. Bukankah Allah senang hambaNya memuliakanNya, sehingga ketika kita mengucapkan Mâliki yau middîn’. Allah akan menjawab  ‘Hamba-Ku telah memuliakan Aku’ (Hamba-Ku menyerahkan urusannya kepada-Ku) ?? lantas masihkah kamu bergantung pada makhluk?

Kita berhak meminta apapun pada Allah, kita sandarkan semuanya pada Allah dan meminta tolong hanya pada Dzat yang Maha Pemurah. Bukankah Allah suka ketika kita datang dan menegadahkan tangan memohon pertolonganNya? Sungguh ketika kita telah mengucapkan ‘Iyyâkana’ budu wa iyyâ kanasta’în’. (Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada Engkaulah kami mohon pertolongan) sesungguhnya telah kita ucapkan dengan lisan kita bahwa hanya Dia satu-satunya tempat kita memohon, bahkan dengan kasihNya Allah menjawab ‘Ini yang di antara-Ku dengan hamba-Ku dan terserah pada hamba-Ku apa yang ia minta’. Sungguh Allah Maha Pengasih dan Maha Penyayang. Lantas mengapa kita masih bingung mencari tempat pertolongan? mengapa kamu takut dengan masalah? Bukankah kau harusnya mengatakan "Wahai Masalah, Aku Memiliki ALLAH" ??

Begitu dhoif diri kita, sampai kita tak tahu apa yang telah kita ucapkan. Tidak kah kita teringat dari detail diatas adalah satu surat yang selalu kita baca dalam sholat kita, surat yang kita baca minimal 17 kali dalam sehari. Surat yang sangat akrab dan dekat dengan setiap muslim, surat AL-FATIHAH. Yang kita baca dalam setiap sholat dan mungkin tak semua orang memahami makna dari setiap ayat yang diucapkan. (termasuk saya) dan bahkan mungkin ada yang tidak tahu artinya? Andaikan kita tahu bahwa ketika kita membacanya Allah sedang menjawab do’a-do’a kita dan seolah kita sedang berdialog denganNya. Subhanallah...
Bismillahirrohmaanirrohiim. ’Alhamdulillâhi rabbil ‘âlamîn’. ‘Arrahmânirrahîm’. ‘Mâliki yau middîn’. ‘Iyyâkana’ budu wa iyyâ kanasta’în’. ‘Ihdinash shirâthal mustaqîm, shirâthalladzîna an’amta ‘alaihim, ghairil maghdhûbi ‘alaihim waladh dhâllîn’.
Wahai hati, dengarlah lirih lisan ini ketika mengucap syukur, mengagungkan Allah, meminta pertolonganNya dan menggantungkan semua pada Rabb Semesta Alam. Allah aku bersimpuh padaMu memohon ampunanMu. diri ini terlalu dhoif dan sering mendzolimi diri sendiri, sungguh Engkau Rabb Yang Maha Pengasih Lagi Maha Penyayang.
Maha Suci Allah dengan segala firman Nya.

Surabaya, 07 November 2012

Siti Rohmawatin


Reference
Al - Qur'an
Tafsir Ibnu Katsir Juz 1

Wednesday, October 31, 2012

Ketika kita Harus IKHLAS


Ketika seseorang sudah terkena virus merah jambu, memang sulit untuk menghilangkannya, meskipun kisah itu sudah berlalu namun bekas warna itu tetap menjadi noda dalam hati dan tak dipungkiri perasaan itu akan siap datang kapanpun dan dimanapun ketika hati kita sedang lemah. 

Terkadang ada beberapa orang yang tak sanggup untuk mengucap do’a “Barokallahu Laka” manakala seseorang yang pernah bernaung dalam hatinya sedang bersanding dengan orang lain untuk membina bahtera rumah tangga. Seolah memaksakan diri dan memprotes Tuhan bahwa hanya dirinya yang berhak untuk bersanding dengan orang yang dia lihat saat ini. Dia seakan lupa bahwa hanya Dia lah yang berkuasa untuk urusan satu ini, tugas kita adalah menjaga diri dan berikhtiar bukan memaksaan. Lantas bagaimana kita bisa mengembangkan senyum dan berkata dengan lantang penuh keiklasan do’a yang dianjurkan oleh Rasulullah “Barokallaahu laka, wa baarakallahu ‘alaika, wa jama’a bainakuma fii khaiir..” (Semoga Allah karuniakan barakah kepadamu, dan semoga Ia limpahkan barakah atasmu, dan semoga Ia himpun kalian berdua dalam kebaikan) ?? apakah kita lebih baik tidak mendatangi undangannya karena takut airmata kita keluar tanpa disengaja? Atau pura-pura tidak tahu akan pernikahannya? Wake up dear, yuk kita simak percakapan dibawah ini.. ^_^

Percakapan antara intan dan Mbk Shofia melalui media sosial..

“iya mbak,,, intan sdng ada masalah”

“ada masalah apa?kalau berkenan cerita saya bersedia mejadi telinga, pelipur lara atau kalau bisa ngasih solusi”

“sedang berusaha ikhlas mbak, suliiit... mbak tahu status facebook ana menikah? mbak sudah pernah ana ceritain siapa Fikry?”

“Belum, tidak ada satu masalah pun yang tidak bisa diselesaikan karena Allah sudah menjamin ‘Laa yukallifullahu nafsan illa wus'aha’ Allah tidak akan membebani masalah/ujian/cobaan melebihi kadar kemampuan hambanya, terkait dengan ikhlas memang sulit tapi tetap bisa kita lakukan karena ikhlas itu manifestasi tertinggi dari iman kita tapi ya begitu untuk mencapai ikhlas tak jarang membutuhkan pergorbanan paling sulit dari diri kita termasuk persaan”

“Iya mbak, ana mmpersiapkan ini jauh hari ana dgn 'Fikry' sudah memutuskan untuk saling mmbebaskan tapi berat mbak menurut ana. Jujur, ana ada perasaan sama dia dan berat mbak ketika saling membebaskan meski ada ksepakatan 2 belah pihak untuk saling memberi kebebasan, ana memasang wajah ikhlas pada semua orag tapi fikiran ana dan hati ana sulit dibhongi mbak, ana pendam sendiri dan sekarg sakit kepala ana, ana mencoba mengikhlaskan mbak mohon do'anya. ana tahu,jodoh itu sudah ada yang mengatur”

TSIQOH BILLAH. Percaya kepada Allah itu kuncinya, mari menilik surat adh-dhuha 
‘wadh dhuha wal laili idza saja ma wadda'aka robbuka wama qola’ Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada pula benci kepada kamu, 
 ukhti sendiri di Surabaya siapa yang memberi tempat? Allah. 
‘wa lal akhirotu khoirun laka minal ula walasaufa yu'thika robbuka fatardho’ dan kelak tuhanmu pasti memberikan karunian-Nya kepadamu lalu (hati) kamu menjadi puas 
‘alam yajidka yatiman faawa wawajadaka dhollan fahada’ dan Dia mendapatimu sebagai orang yang bingung lalu Dia memberikan petunjuk, Anti dulu sempat tersesat (waktu) SMA dan sekarang anti telah mendapatkan petunjuk 
‘wawajada 'ailan faaghna’ anti di Surabaya sendiri Allah mencukupkan anti 
‘faammal yatima fala taqhar wa ammassaila fala tanhar waamma bini'mati robbika fahadist’ dan atas semua nikmat itu bersyukurlah kalau kata ulama untuk ikhlas lupakanlah yang telah terjadi dan kembalikan semuanya pada Allah. 
“Lillah, Fillah, Billah”
Wa yarzuqhu min haitsu la yahtasib wa man yatawakkal 'alallahu fa Hua hasbuh’ At-Tolaq ayat 3 dan Allah memberikan rizqi dari arah yang tidak disangka sangka barangsiapa bertwakkal kepada Allah maka Allah akan mencukupinya, saling mendoakan dalam ketaatan.”

“ hiks, hiks.. “ Intan hanya memberi tanggapan sedih dari penjelasan mbk Shofia, dan memang dia terisak di seberang sana membaca tulisan dari mbk Shofia.

“cup cup... TSIQOH BILLAH karena Allah tidak pernah meninggalkan kita sendirian 
Al Baqarah 112 “bala man asalama wajhahu lillahi wahua muhsinun falahu ajruhu 'inda robbih wa la khoufun 'alaihim wa la hum yahzanun” (tidak demikian) bahkan barang siapa yang menyerahkan diri kepada Allah sedang dia berbuat kebajikan maka baginya pahala disisi Tuhannya dan tidak ada kekhawatiran terhadap mereka dan tidak pula mereka bersedih hati. Allah yang akan mencukupkan” mbk Shofia mencoba menenangkan Intan yang sedang menangis tersedu.

“ :) mekso senyumnya” balas Intan memaksakan dirinya untuk tersenyum

“ikhlas itu proses memang dik, sedikit demi sedikit kita tata, kita jalani dan Allah itu Maha Mendengar
‘ud'uni astajib lakum’ berdoalah maka akan Aku kabulkan”

“IKHLAS, IKHLAS, IKHLAS...” Intan menyenangati dirinya sendiri, meyakinkan untuk ikhlas.

“iya diproseskan menju ikhlas sedikit demi sedikit, beberapa orang kalau langsung mekso total begitu agak susah, nyesek. saya juga pernah mengalami, fokus pada pengalihan bukan fokus pada rasa agar cinta, pengharapan, rindu, cemburu tak jatuh pada tempat yang tak semestinya. Jadi kita gantungkan keinginan kita padaNya, percaya pada-Nya bahwa dia Sebaik baik dzat yang menempatkan ‘Iyyaka na'budu wa iyyaka nasta'in’ ‘Allahush shomad’"

“Jadikanlah sabar dan shalat sebagai penolongmu. Dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyu'. [al Baqarah : 45].” Teringat Intan pada salah satu surat dalam Al-Qur’an"

“Nah wes mantep begitu dalil-dalil nya, anggap ini ujian anti untuk naik tingkat untuk menjadi hamba yang Ia cintai dan mereka mencintai Allah dan Allah cinta kepada mereka. MasyaAllah”

“ana sering kena Al Baqoroh, lupa ayat berapa. ana nangis mbak kalu baca ayat itu kenapa masih sulit ikhlas itu?” Intan menjawab dan bertanya

“wa laqod ja'alnal qurana lidzkri fahal min muddakir dan dijadikan qur'an itu sebagai pengingat, ikhlas itu bisa diproseskan dik kalau terkadang ingat coba lupakan lagi. cukup Allah bagiku ‘hasbunallah wani'mal wakiil ni'mal maula wa ni'man nashir’ baca wirid itu dan tanamkan benar arti wirid itu ‘hasbi robby jalallah’”

“Pengen senyum terus tapi kok rodo' sulit” kata Intan menggunakan logat jawanya

“Senyum sambil bismillah” kata Mbk Shofia meyakinkan

“Yo ndak bisa mbak, gimana carane, bismillah dulu baru senyum,nek di barengne sulit” kata Intan sedikit bercanda

“bismillahnya dihati, yo bisa bismillah dulu. Teknis yang penting nyebut nama Allah“

“pengen ketawa biar gag nangis “

“gapapa dik nangis, biar plong tapi ngga boleh larut dalam kesedihan, ketidakikhlasan. nangis untuk kembali tersenyum, biarlah dengan menangis itu Allah meluruhkan segala gundah gulana anti menghilangkan nyesek anti tidak ada yg melarang. menangislah untuk menhimpun kekuatan baru untuk menyemai semangt baru “

“IKHLAS”

“semangat berikhlas” Semangat mbk Shofia untuk menguatkan adik kecilnya.

Percakapan itupun diakhiri dengan semangat dari mbk Shofia, karena mbk Shofia tahu benar bahwa adiknya membutuhkan waktu untuk membuat dirinya tenang. Dua hari berlalu, namun Intan masih dengan usahanya untuk IKHLAS. Perjuangan yang memang cukup sulit untuk mencapai ‘manifestasi tertinggi dari iman’ seperti yang dikatakan mbk Shofia. Dua hari ini, Intan menyibukkan dirinya dengan segala aktifitas untuk melupakan masalah hatinya, ketika dia melihat jejaring sosial didapatinya mbk Shofia nya sedang online dan tanpa fikir panjang, Intan memulai percakapan menyapa saudaranya tercinta. 

Assalamu'alaikum “

“wa'alaikumusslam”

“mbak, ana dari kemrin sore tdk tidur tadi bolos kuliah gara-gara ngantuk”

“ya Allah dik, wes istirahat?kenapa gag tidur?”

“gag bisa tidur mbak, menyibukkan diri mbak biar tidak lihat handphone  mulu biar tidak ingat, baca-baca ebook dan artikel”

“ya ampun, masa tidur ya jadi mimpi gitu?”

“bukan mimpinya mbk, tidurnya yang susah, kalau mau merem itu kepikiran jadi yo gag bisa tidur biasanya dibuat baca tapi kok smpai jam 9 pagi gag ngantuk-ngantuk”

“buat kanal besar cah ayu, kanal besar untuk mengalirkan luapan rindu dan cinta. saya juga pernah merasakan itu semua, merasakan ketika jatuh cinta dan perasaan menggebu-nggebunya, merasakan rindu yang teramat dahsyat dan cemburu yang mengoyak tapi saya buatkan kanal semacam buku harian cinta disitu dialog bisu saya bercerita tempat saya mengadu pantomim melalui goresan pena dan ukiran cerita untuk mengikis cinta, rindu, harap, cemburu dan menempatkan di tempat yang aman, dimana semestinya cinta tak terbuang percuma  tak melewati batas syari'at. Saya tuliskan misalkan saya tulis 

27 sept
Ya Allah saya rinduuuuuuuuuuuu
Tapi kutitipkan saja rinduku padaMu
Agar Engkau menyampaikan di saat yang tepat atau Engkau menyimpannya untuk sesorang nanti dalam naungan Mu yg suci

28 Oktober
Masih adakah tempat untuk cemburu?
Sementara cinta-nya pun masih belum boleh aku miliki
Diluapkan semua perasaannya di tempat yang semestinya di tempat yang mungkin kita hanya berdialog dengan bisu dan Dia menjadi saksinya itu cinta Fillah Lillah Billah setelah itu lupakan, tidurlah agar bersamanya kau lupa dengan tidur itu Dia membasuh-Mu mengukir dan memulai kembali ceritamu dengan cinta-Nya yang agung “ terang mbk Shofia yang membuat Intan semakin deras air matanya di seberang sana

“haluuuuuuuuw” panggil mbk Shofia karena lama menunggu jawaban dari adiknya.

“njeh... masih mencoba mbk” jawab Intan sekenannya

“ sama dik”

“masih terus belajar dan mencoba ini bukan masalah hati saja mbak. bagaimana degan keluarga??” tanya Intan

“karena hidup itu adalah tentang teknik mengelola perasaan, kalau sudah ada komitmen dengan keluarga, artinya harus ada konfirmasi kalu ga jadi ya misalkan si Fikry bilang ke keluarga anti kalu emang ngga jadi. jadi status anti dan keluarga anti ngga nggantung begitu”

“mbak begini, ana tidak pernah membawa teman laki-laki ke rumah semenjak ana kuliah karena ana paham maknanya, nah kemrin dia yang kerumah, meskipun dia cuma meminta izin untuk kenal ana belum melamar tapi orang tua tahu maksudnya bahkan orang tau ana mengizinkan ana kerumah keluarganya, nah di keluarganya ana kemrin sudah di interogasi mulai dari siapa ana, ketemunya ana dengan dia, sampai kedepannya ana bingung mau njelasin ke mereka, mereka terlihat bahagia mbak mlihat ana dengan Fikry. tiap ana pulang kalau tidak adik, ibu, bapak tanya tentang Fikry apalagi Fikry dekat dengan om ana, ana hanya bisa pasrah mbak biarkan ini berjalan seperti ini sampai waktunya ana cuma bisa memberi pengertian”

“ya tapi anti juga tidak boleh kepikiran terus, hidup itu pencapaian life must goes on. Lupakan dan kembali bangkit melakukan kebaikan-kebaikan yang lain”

“iya mbk, tapi ana butuh ketemu langsung dengan Fikry untuk membicarakan kejelasan semuanya sebelum pergi”

“iya, ketemu bawa mahram loh yah atau keluarga jadi lebih juntrung. selamat menata hati”

“InsyaAllah mbk, bantu do'a mbak tapi kalau berharap dia jodoh kita boleh gag ya? apa terlalu mendikte Allah?”

“saling mengingatkan dan mendoakan dalam ketaatan, iya, istilahnya do'anya maksa Allah kayak kita yang ngatur Allah padahal Allah yang ngatur kita, tapi beda antara do'a dan harapan. do'a ada adabnya, harapan kan ngga. Jadi ibarat seperti lintasan hati itu yang ngga papa. bingung yah? eike juga agak bingung dik “

“prok, prok, prok” Intan memberikan emoticon tepuk tangan melalui chattingnya

“Wekekekeke...dikeploki”

“habise bingung antara berharap dan berdo'a”

“hahahaha,,, harapan itu krentek/greget itu yang nggak apapa, kalau berdo'a itu madep bener-bener kita matur dan minta sama Allah sederhananya begitu adik cantik”

“ooo... sedkit paham” jawab Intan paham penjelasan mbak Shofia

“sip, cerita aja kalu ada apa2 yah insyaAllah bisa menjadi telinga untuk mendengar, hati untuk berbagi atau sekedar menawarkan pundak untuk menangis.okay? jangan merasa sendiri, dan berat sendiri, saudara itu saling mengingatkan, saling menguatkan dan saling mendoakan, okay sis? “

“InsyaAllah”

“sholat sek ukhti” ajak mbk Shofia diseberang sana dan mengakhiri percakapan dengan salam.

Setelah hari itu Intan berusaha keras memikirkan nasehat-nasehat dari mbk Shofia, dia berfikir mungkin mbk Shofia adalah perantara Allah untuk memberikan ilmu Nya pada Intan yang dirundung merah jambu itu. Intan bersyukur untuk semuanya, dan dia harus ingat untuk kembali bangkit melakukan kebaikan-kebaikan yang lain seperti yang dinasehatkan mbk Shofia. Beberapa hari berikutnya, Intan menerima pesan yang membuat Intan sangat terpuruk, membuat pertahanan keikhlasan yang telah dibuatnya hampir runtuh total karena Fikry meminta izin untuk menikah dengan akhwat lain. Sambil menata hati, menguatkan mentalnya Intan membaca ebook yang berbau religi, tiba-tiba dia menerima chatting dari teman lamanya.

“Assalamu'alaykum Ukhty, gmn kbrnya?” sapa ukhty Ayuni

“Wa'alaikumsalam Wr. Wb. kurang baik ukh” jawab intan singkat

“kenapa? lagi sakit?” tanya ukhty Ayuni penasaran.

“Fikry ukh, meminta izin ana untuk menikah, dia menikah dengan akhwat lain” jawab Intan singkat, mungkin maksud Fikry adalah memberi tahu bukan untuk meminta izin namun Intan sepertinya salah menangkap karena emosinya yang masih labil.

“Astagfirullah.. Fikry itu yang pernah anti ceritakan pada ana? yang pernah ke rumah anti?”

“iya”

“Ukhty,, ana mengerti perasaan anti sekarang, jangan pernah putus asa dari rahmat Allah ya Ukht..menangislah jika memang ingin menangis, jika ada yg masih mengganjal tdk apa2 ceritakan pada ana, ana akan bersedia mendengarkan.. semoga rahmat Allah selalu menyertaimu Ukhty..”

“syukron ukhty”

“mengadulah pada Allah, Allah akan memberikan yang terbaik untuk anti, insyaallah,, Saudariku, mungkin ana belum pernah berada di posisi anti sekarang, tapi ana bisa memahami perasaanmu sekarang.. menangislah jika memang ingin menagis, tapi ingatlah saudariku, jangan pernah berputus asa dari rahmat Allah.. tetap berprasangka baiklah pada Allah, ana ingin melihat senyum anti lagi saudariku, bangkitlah jangan berlarut dengan kesedihan,,ikhlaskan karena Allah..ikhlaskan saudariku..”

            Mungkin kita pernah berda pada posisi Intan yang sedang dirundung rindu, cinta, dsb. Namun dari percakapan antara Intan, Mbk Shofia, dan ukhty Ayuni kita dapat mengambil ibroh bahwa nasehat yang mereka berikan adalah terkait ‘IKHLAS’. Seseorang yang sabar belum tentu ia dapat dengan mudah untuk ikhlas, namun ketika seseorang sudah mencapai derajat keihlasan maka semua masalah akan menjadi mudah InsyaAllah. Selain itu kita juga harus yankin bahwa setiap masalah memiliki pemecahan, memohonlah pada Allah, dan Allah akan menjawab do’a dan ikhtiar kita terhadap masalah itu melalui malaikat-malaikat utusannya. Bisa jadi malaikat itu adalah orang-orang terdekat kita atau mungkin orang yang tidak pernah kita duga kehadirannya. Mari belajar IKHLAS... ^_^

“Demi waktu matahari sepenggalan naik, dan demi malam apabila telah sunyi. Tuhanmu tiada meninggalkan kamu dan tiada (pulam) benci kepadamu, dan sesungguhnya akhir itu lebih baik bagimu dari permulaan. Dan kelak tuhanmu pasti memberikan karunia-Nya kepadamu, lalu (hati) kamu menjadi puas. Bukankah Dia mendapatimu sebagai seorang yatim, lalu Dia melindungimu. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang bingung, lalu Dia memberikan petunjuk. Dan Dia mendapatimu sebagai seorang yang kekurangan, lalu Dia memberikan kecukupan. Adapaun terhadap anak yatim maka janganlah kamu berlaku sewenang-wenang. Dan terhadap orang yang minta-minta maka janganlah kamu menghardiknya. Dan terhadap ni’mat Tuhanmu maka hendaklah kamu menyebut-nyebutnya (dengan bersyukur).”

AD-DHUHA : 1-11

Surabaya, 31 Oktober 2012
Siti Rohmawatin



Tuesday, October 30, 2012

Heart


Cerita malam ini, berdiskusi lagi dengan seorang sahabat. Kali ini tentang cinta, diskusi ini berawal ketika aku sedang asik bermain dengan lepi dan terdengar cletukan “apakah cinta itu tanpa alasan Ma?” sebuah pertanyaan yang membuatku sedikit tersenyum memikirkannya. Dan kini tanpa instruksi aku jawab “tidak mungkin mencintai tanpa alasan, yang pernah aku dengar mencintai tanpa syarat”. Jawaban sekenannya dariku sembari membaca beberapa status facebook teman-teman.
 
Ini kisah antara laki-laki (Al) dan seorang perempuan (Fa), berawal dari smsan antara Al dan Fa. Satu bulan adalah waktu yang cukup untuk memahami karakteristik orang, apalagi dengan intensitas sms yang tidak wajar, akan jauh lebih mengenal lawan bicaranya. Sampai suatu saat terjadi obrolan ringan melalui sms “bagaimana kalau aku datang melamarmu?” begitulah sms dari Al. Sedangkan si Fa sedang gundah dengan masalahnya, ia mempunyai prinsip untuk menyelesaikan studynya dulu baru berfikir menikah, tapi lingkungannya selalu membicarakan hal-hal yang berbau cinta dan pernikahan.

Dengan intensitas komunikasi antara Al dan Fa membuat Fa bingung haruskah dia menentang prinsipnya yang telah ia bangun, namun Fa tahu kalau Al hanya bermain-main dengan kata-katanya. Tak dipungkiri sepertinya Fa larut dalam permainan Al meskipun Fa sudah tahu akan hal itu sehingga dia tidak ingin lebih berlarut lagi dalam komunikasi. Ketika membuka face book, Fa berusaha menahan diri untuk tidak chatting dengan Al. Namun kali ini Al yang mengawali percakapan.
“bagaimana kabarnya?” suatu pertanyaan klasik yang terlihat hanya basa-basi belaka, namun bagi orang yang sedang merasakan manisnya warna merah jambu, pertanyaan itu ibarat hujan perhatian yang tak diharapkan reda.. (agak lebay).
“fisikly sehat” jawab Fa sekenannya, namun dia belum memikirkan dampak dari pertanyaannya
 “fisikly sehat bearti lainnya tidak sehat?” ternyata Al pandai membaca situasi untuk pembicaraan lebih lanjut. Secara singkat mereka larut dalam obrolan yang hanya mereka berdua dan Allah yang tahu pembicaraannya. Sampai pada diskusi tentang kepantasan bagi seorang wanita untuk mengungkapkan perasaan terlebih dahulu pada seorang laki-laki.
“aku heran dengan para kawat” tulis Al
“kawat? Apa itu?” tanya Fa tak faham
“kawat itu akhwat jahil yang gampang megungkakan perasaan ke ikhwan. Aku sudah sering menerima ungkapan itu. Tapi mereka habis ngungkapin terus pergi begitu saja..” jelas Al
“Kamu sih yang memberikan harapan ke mereka”
“aku hanya bikin mereka tertawa” sanggah Al.
Subhanallah, luar biasa sekali melihat tingkah si Al, sampai dia membuat istilah “kawat” dalam kamusnya. Ini tidak menutup kemungkinan ada juga ikhwan jahil seperti kawat yang disebut Al.

Aku hanya ingin menasehati diriku sendiri. Mungkin hari ini kita mendengarkan kisah itu dari orang lain, tidak menutup kemungkinan suatu saat kita menjadi aktor dalam kisah itu. Dari sekedar sms, chatting, telfon, ngegombal, dsb. Yang awalnya mungkin kita merasa itu tidak harus dilakukan, bahkan harus di hindari. Namun ketika syaiton mulai menggoda, dengan dhoif nya kita sebagai manusia maka semua itu bisa menjadi hal yang wajar. Namun jika kita yakin Allah telah menuliskan sesuatu yang jauh lebih indah untuk kita, maka pegang teguhlah itu sebagai benteng hatimu.

Sepenggal kisah diatas mungkin kita anggap remeh, namun tak jarang dari beberapa orang mungkin tersenyum, entah mungkin pernah merasakan hal yang sama atau mungkin sekarang sedang merasakannya. Berhati-hatilah untuk masalah satu ini, apalagi untuk seorang wanita. Jangan mudah percaya dengan perkataan manis yang mungkin itu keluar dari alam bawah sadar nya dan dorongan dari syaiton untuk menggoda. Jadilah akwat yang cerdas, bukan hanya menerima dengan hati tapi juga dengan ilmu.

'Yaa Muqallibal Quluub, Tsabbit Qalbi ‘Ala Diinik'
Artinya: “Wahai Dzat yang membolak-balikkan hati, teguhkan hati kami di atas agama-Mu.”
[HR.Tirmidzi 3522, Ahmad 4/302, al-Hakim 1/525, Lihat Shohih Sunan Tirmidzi III no.2792]


Surabaya, 30 Oktober 2012
Siti Rohmawatin

Monday, October 29, 2012

Hanya goresan tinta luapan hati



Bismillah...
Tertidur ketika melakukan perjalanan mengikuti arus balik lebaran idul adha memberikan sedikit catatan dalam perjalanan hidupku. Kali ini aku berangkat dari rumah pukul 04.30 bersama ayahku, namun kami berpisah di perempatan jalan dimana aku arus melanjutkan perjalananku menuju Surabaya sedangkan ayah melakukan tugas mulianya sebagai seorang guru. Setelah ku cium tangannya dan mengucapkan salam aku berjalan menuju tempat dimana seharusnya aku menunggu bis, sambil melihat laju mobil ayah yang berjalan menjauh dariku, dalam hati aku berkata “hati-hati ayah, aku menyayangimu”.

Ada bis menuju halte dimana aku dan beberapa penumpang berdiri, namun bis itu penuh. “ayo tidak ada bis” bujuk kondektur untuk menarik penumpang, dan tak sedikit penumpang yang tertipu. Aku hanya diam mematung menunggu bis yang bisa aku tempati untuk duduk karena jarak bojonegoro – surabaya bukanlah jarak yang dekat menurutku. Datang bis ketiga dan Alhamdulillah kami semua mendapatkan tempat duduk masing-masing. Setelah membayar ongkos bis, beberapa menit kemudian aku tertidur seperti biasanya ketika perjalanan.

Aku terbangun ketika bis sudah mulai panas dan pengap, ketika itu sudah banyak orang yang berdiri dan tidak mendapatkan kursi. Aku melihat beberapa orang yang berdiri adalah laki-laki dan ada beberapa perempuan muda, namun aku terhenyak ketika menoleh di samping kananku ada seorang wanita muda menggendong bayinya yang berusia sekitar 2 bulan sedang berdiri. Ya tepat di sampingku, namun wanita itu memunggungiku. Aku tak langsung bergerak untuk mempersilakannya duduk, tapi aku menunggu para laki-laki yang duduk itu memberikan kesempatan duduk pada wanita itu. Aku memberi waktu, setelah aku rasa cukup karena tidak ada yang berbuat, lalu aku panggil wanita itu untuk duduk di tempatku.

Perjalananku masih melewati satu kota lagi dan kota ini sangat rawan macet apalagi dengan kondisi arus balik lebaran seperti ini. Namun aku harus elatih kaki ini untuk tidak manja disembunyikan di balik kursi, ya, aku harus berdiri. Subhanallah bayi yang digendong wanita itu sangatlah lucu, matanya bulat bersinar, pipinya tembem bikin orang ingin mencubitnya, dan senyumnya benar-benar bikin hati ini terpikat, kini aku lebih bersyukur karena aku bisa memandangi bayi itu sampai tempat tujuanku.

Dari tempat aku berdiri, aku bisa melihat bagaimana macetnya jalanan kecil menuju surabaya, beberapa mobil besar dipaksa untuk jalan meskipun didepannya terdapat antrian motor. Terlihat tidak manusiawi tapi itu jalan terbaik karena dengan itu motor-motor yang melawan arus bisa berputar arah karena takut terlindas oleh mobil-mobil besar dihadapannya. Begitulah bdaya antri di sepanjang jalan yang aku lihat, bukan malah mempercepat perjalanan malah mereka merugikan orang lain.

Aku pun masih tak habis berfikir, aku melihat ada seorang nenek berdiri di samping seorang laki-laki muda yang duduk manis di dalam bis. Rasanya hati ini sakit melihatnya, begitu banyak laki-laki yang duduk dan tidak mempersilakan nenek itu duduk adalah suatu yang menurutku tidak pantas. Tiba-tiba aku teringat ketika naik busway di jakarta, ada aturan untuk mempersilakan duduk untuk ibu hamil, orang tua, dsb. “masa’ iya harus dibuatin peraturan dulu seperti itu? Mana solidaritas organik yang dikatakan Emile Durkheim itu? Rasa-rasanya masyarakat desapun sekarang sudah mulai menuju solidaritas organik yang syarat akan kepentingan individu”

Jika aku mau berfikir positif, mungkin aku akan berkata “mungkin laki-laki yang duduk itu sedang mempersiapkan tenaganya untuk bekerja menafkahi keluarganya sehingga butuh duduk” namun aku tidak bisa berfikir positif, aku hanya bergumam pada diriku “jika mereka bekerja untuk istrinya, berarti dia menghargai wanita tapi mengapa begitu cuek dengan nenek itu yang seharusnya dengan melihat nenek itu mereka lebih mengingat ibunya?”. Aku tidak akan emosi jika yang duduk adalah wanita, namun ini laki-laki yang aku rasa masih cukup kuat untuk berdiri. Semoga Allah memaafkan prasangkaku ini.

“itu hal yang wajar Ma, laki-laki sekarang seperti tidak peka terhadap kondisi” kata seorang teman disela-sela diskusiku dengannya. Ya, mungkin ini suatu kewajaran. Mengingat sudah terlalu banyak bahasan tentang kesetaraan gender di bumi Indonesia ini, dan sekarang bukan zamannya lagi wanita menuntut untuk diperlakukan setara dengan laki-laki tapi laki-laki juga berhak memperlakukan wanita sekuat mereka. Arrgh, sekarang pemikiranku menjadi seperti itu. Aku tak ingimn mengikuti kewajaran-kewajaran yang menurutku justru tidak wajar.

Bahkan ketika aku ingin berdo’a “Ya Allah berilah aku kesabaran”, aku menjadi teringat akan catatan seorang teman ketika Allah berkata tidak, maka Allah akan menjawab do’aku "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan, tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri." Aku merasa malu untuk apa yang aku alami hari ini, aku hanya berdo’a “maafkanlah mereka, bukalah pintu hati mereka untuk sedikit berbelas kasihan pada sesama makhlukMu”.

Surabaya, 29 Oktober 2012
Siti Rohmawatin

Perasaan itu...

Rasa itu hinggap lagi, namun ini sudah diambang kewajaran. Kenapa ‘rasa’ itu datang kala dateline sudah begitu dekat dan dalam hitungan jam. Waktu dua minggu adalah waktu yang seharusnya lebih dari cukup untuk mengerjakan sebuah proposal, ya ini hanya proposal skripsi, bukan proposal hidup. Namun mengapa begitu sulit untuk menekan nuts laptop dan merangkaikan kata menjadi kalimat?
 
“Ya Allah, rasa malas ini jangan terlalu sering untuk hinggap menemani hari-hariku. Jadikan aku seperti Ayyas seorang aktor dalam novel habiburrahman, jadikanlah aku tegus dalam menghadapi ini semua.”

Itulah aku yang selalu mengeluh dan membutuhkan Allah dalam segala urusan, meskipun aku terkadang sombong dan dikatakan oleh seorang dosen ‘komunikasi organisasi’ dan disetujui oleh mahasiswa perkuliahan itu bahwa aku seorang “mover”. Ya, aku seorang “mover” yang terlihat sedikit angkuh, cuek, masa bodoh dan lebih menyukai pemikiran pribadi. Namun aku tak memungkiri bahwa aku adalah makhluk yang lemah tanpa uluran tangan Allah dalam setiap detik yang aku lalui.

Meskipun aku seorang ‘mover’ tak menutup kemungkinan aku berharap untuk menjadi seorang ‘Giver’. Dengan mengetahui siapa diriku, aku akan bnayak belajar untuk terus memperbaiki diriku. Inilah mengapa dosenku lebih menghafalku dengan panggilan ‘mover’ daripada nama panggilanku. Aku memiliki kemauan keras untuk setiap apa yang aku inginkan. Tapi aku juga gampang untuk mengeluh ketika aku merasa lelah dan jenuh akan aktifitasku. Itulah yang menunjukkan aku ini masih manusia.

Bojonegoro, 28 Oktober 2012
Siti Rohmawatin

“Aku masih manusia, karena itu aku memiliki batas kekuatan dan akupun masih bisa lelah.”
Powered by Blogger.
 

CAHAYA HATI Template by Ipietoon Cute Blog Design