Bismillahirrohmaanirrohiim..
-hanya sekedar coretan-
Berawal
dari sebuah percakapan kecil yang ringan, aku terfikir dengan apa yang
aku tanyakan sendiri 'apakah cemburu itu salah?'. Menjadi perenungan
tersendiri ketika tersirat bahwa cemburu itu naluri seorang manusia,
namun apakah cemburuku ini 'sesuai porsinya' atau 'diridhoi Allah' atau
jangan-jangan cemburuku hanyalah alasan yang aku buat-buat karena
sulitnya bersabar? Mungkin tanpa kutahu syaitan telah menghasutku untuk
cemburu? Seperti yang dikatakan Rasulullah "Tak seorangpun melainkan
bersamanya ada syetan” lantas cemburu seperti apakah aku ini?
Cemburu pada makhluk Nya ataukah cemburu layaknya Allah dan orang Mukmin cemburu?
Seperti yang Rasulullah SAW katakan.
Rasulullah
SAW bersabda: "Sesungguhnya Allah itu cemburu dan orang yang beriman
juga cemburu. Kecemburuan Allah, yaitu jika orang mukmin melakukan apa
yang diharamkan". (Shahih Muslim No.4959)
Allah cemburu
pada hambaNya pada situasi jika melakukan apa yang di haramkan. Dan
kita harus mengetahui hal itu, agar kita tidak membuat Nya cemburu.
Karena kecemburuan yang datang dari cinta itu bisa menjadikan
kemurkaan.
Lalu, bagaimana cemburuku terhadap makhluk Nya?
Yaa
ukhty, kau harus tahu cemburu tdk hanya milik lelaki tapi juga milik
kaum wanita. Bahkan wanitalah yg dominan memiliki sifat yg satu ini
krn merupakan tabiatnya.
Dan masihkah kau ingat bagaimana cemburunya Aisyah ra. terhadap Khadijah ra.?
Karena
rasa cemburu itu, Aisyah ra. berkata “Allah telah menggantikan untukmu
wanita yg lbh baik darinya.” Namun Rasulullah berkata: “Allah tdk
pernah menggantikan untukku wanita yg lbh baik darinya.”
Subhanallah..
Ini adalah sebuah kisah mengejutkan, sebuah kisah kejujuran, bahwa cemburu itu adalah tabiat wanita.
Hingga api yang membakar dada itu mampu menggerakan bibir mulia Aisyah ra. untuk berkata kata demikian kepada Siti Khadijah..
Lalu lihatlah juga sosok keteladanan Rasulullah saw yang mengimbangi kemarahan Aisyah ra.
Beliau saw hanya berkata tentang sesuatu yang sebenarnya terjadi, tidak berkata kotor atau menyakiti Istri tercintanya.
Tentu saja kecintaan Rasulullah kepada Khadijah beralasan, hingga ia masih menyebut nyebutnya ketika Khadijah telah tiada.
Bayangkan jika cemburu itu tidak ada.
Cemburu
itu merupakan salah satu kontrol dalam hubungan keluarga antara istri
dan suami jika salah satu diantara mereka ada yang melakukan perbuatan
yang diharamkan. Namun dengan syarat yang pasti dan adanya bukti,
sedangkan jika cemburu didasarkan pada prasangka atau dugaan maka tidak
diperkenankan.
Bagaimana dengan yang bukan suami istri?
Terkadang kita mendengarkan curhatan seorang teman atau mungkin kita sendiri yang mengalaminya.
"dia kok gitu sih"
"mbk, pacarku selingkuh"
bahkan saking 'ngeyel'
nya ada yang bilang "iya mbk, buktinya waktu aq telfon ada suara cewek"
atau "dia smsnya lagi rapat, pasti alasan saja datang rapat karena
ada yang lain"
dan yang lebih ekstrimnya "Bunda Aisyah aja cemburu, masa' aq tidak boleh cemburu"
Astaghfirullah hal adziim...
Harus
kita ingat, siapa yang kita 'cemburui'. Meskipun itu pasti dan ada
buktinya, namun sudahkah benar kita menempatkan untuk siapa cemburu
kita?
Mereka bukan mahrom kita, yang dengan alasan itu bisa jadi
Allah yang cemburu pada kita karena kita melakukan apa yang tidak
disukai Allah.Nah loo?? Kl seperti itu bagaimana?
Semoga
Allah senantiasa membimbing hati kita untuk senantiasa terikat pada
cinta Nya. Karena hanya Allah lah Yang Maha Membolak-balikkan hati
hambaNya...
Semoga bermanfaat...
0 comments:
Post a Comment