Saturday, June 23, 2012

Aku ingin bercerita, dan TOLONG DENGARKAN...

Suatu hari aku meliht sepasang laki2&perempuan sdang mnunggu bis, kala itu aku sdang mnunggu di jemput ortu.
Perempuan itu terlihat tegang wajahnya dengan mnggendong seorang anak kecil. Dari kejauhan aku melihat bis melaju kencang mendekati kedua pasang suami istri itu.
Terlihat olehku, sebelum bis itu berhenti, perempuan itu menggenggam erat tangan suaminya. Laki2 itu mencium anaknya dan mencium kening istrinya. Tak ku sangka perempuan itu meneteskan air mata, aku meliahtnya seraya berkata dlm hati "Haduuuh, kok lebay banget. Dia kan pergi sementara bukan slamanya". Ketika laki2 itu naik bis, perempuan itu semakin kencang menangis, namun bis itu tak menghiraukannya dan pergi begitu saja membawa suaminya.
Bahkan ketika bis itu lenyap dari pandangan, perempuan itu tetap terisak di pinggir jalan.
Beberapa orang mencoba menenangkannya, dan dari situ aku tahu bahwa laki2 itu pergi untuk waktu yg lama untuk mncari nafkah.
Dalam hati aku berkata lagi "gitu aja nangis, kan cuma bbrp bulan paling".
Datanglah bapakku, dan aku pergi begitu saja mningglkan org2 yg ramai dengan pembicaraannya.
Sampai di rumah, aku bercerita pada ibuku "Bu, td aku lihat sepasang suami istri, si laki2 pergi naik bis mau cari nafkah dlm wktu lama. Tadi si prempuan nangis gag jelas di pinggir jalan, kok gag malu ya"
Ibuku hanya tersenyum dan berkata "Jelaslah nduk, itu karena dia syang pada suaminya. Suatu saat km akan tahu bgmna jika jauh dgn org yg km sayangi".
Aku hanya nyengir sambil berkata "Ooo gt tho buk, tapi aneh ya buk".Ibuku hanya tersenyum mengelus rambutku...
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada kali ini aku mendapatkan kesempatan untuk bergabung di tim crisis centre di kampusku, beberapa orang termasuk aku berangkat ke pengungsian dikala merapi meletus. Jiwa sosialku terpanggil, tatkala kami sampai di suatu desa pd mlm hari, wkt itu teringat sekali mobil kami hampir terguling dan kami harus keluar dari dalam mini bus itu. kami berjalan menuju pengungsian, kulihat motor penuh debu, org2 ramai lalu lalang. Kami menyisir desa terdekat dan kami dapatkan mushola untuk bermalam. Keesokan harinya, kami harus menyebar ke 3 barak pengungsian. Kala itu aku bersama seorang dosen dan seorg kakak kelas, aku melihat fenomena yang tak pernah terlihat bahkan terbayangkan olehku. ratusan orang berebut pakaian, mencuci baju di got, bahkan disampingnya ada anak2 yg mandi.
"Ya Rabb, apa mereka sudah tdk memikirkan kesehatan lg?" sejenak itu yang ada dlm hatiku.
Kulanjutkan ke barak yang lain, aku melihat beberapa suster biara sedang membantu memasak di dapur umum, begitu juga dengan bbrapa pemuda... Aku mengingat barak itu ada di sebuah SD,di setiap ruang kelas tinggal orang satu desa. pada ruang kelas ke tiga kami bertemu ibu2 yg sedang menyapu, aku coba menyapanya dan berusaha berbicara padanya. Tak ku sangka ibu itu malah bercerita banyak padaku sambil menangis kata ibu itu "Semua ini kuasa Allah mbak, lihat saja anak dan menantu saya skarang sudah mninggl kena lahar, tetangga saya yg kaya raya juragan sapi, 17 ekor sapinya kena lahar, dan pak lurah mbk anaknya dua, kemren ke atas karena ingin menjemput neneknya yang dikira masih tertinggal dirumah, tp neneknya sudah di pengungsian. waktu menjemput itu merapi meletus dan pak lurah kehilangan dua anak kandungnya, itu mbk pak lurah" Sembari menunjuk seorang laki2. 'jlebb' perasaanku kala itu tak tahu sdang kemana,,, ibu itu menangis di hadapanku dan ingin aku memeluknya tp dia berusaha tegar.
Laki2 itu yg di panggil 'pak lurah' sedikit tersenyum pdku, namun tak berkata sepatah katapun. Mencoba untuk tegar,,,,
"Ya Rabb, kuatkan mereka" hanya itu pintaku dalam hati
Butiran air mulai menetes dr mataku, dan ibu dosenpun terenyuh.
Aku segera pergi dari barak itu, tak tahan melihat mereka...
Pada barak slanjutnya, aku melihat seorang nenek yg tak bisa bergerak, hanya terbaring lemah dan bicaranyapun sulit aku pahami. namun ada sang anak yg menerjemhknnya, nenek itu bercerita tentang 'mbah marijan'. sdikit tertawa aku di buatnya, namun ketika aku tnya sudah mkan atau blm ternyata sang anak mnjawab "Belum mbk, ibu tidak dikasih makanan krn ibu tdk bisa makan nasi". Alamaaak, apa-apan iniii...wkt itu bu dosen bawa sereal, aku lari ke dapur umum yang tak rupa dapur, petugasnya tak bgitu mnghiraukan mungkin sudah lelah dan aku meraciknya sndiri, aku suapi sang nenek krn anaknya sedang merawat suaminya yang lengannya patah ketika jatuh dari motor menghindar dr lahar...
setelah itu aku bermain dgn adik2 kecil2 seusia SD dr kls 2 sampai 5 SD, dan tiba2 gunung itu meletus lg dan org2 pada panik, aku dan teman2 bergegas membagikan masker, "tenang dan jangan bikin orang khawatir" itu yang ku dengar meski sesungguhnya aku panik namun aku coba tenang. Aku kembali pada adik2ku, adik yang usia 5thn itu memelukku erat dan bbrp adik2 di sampingku,"tenang dik, tidak apa2 kok". tiba2 sang kakak yang kelas 3SD berkata
"ibu bapak masih di atas mbk"
"di atas? di barak? ayok kita cari" jwbku singkat.
"ndak mbk, ibu dan bpk jenguk ternak di rumah atas"
GLEDEER,, dalam hati aku berkata "diatas, dan skrg sdang mngalir lahar"
Aku memeluk mereka dan mereka masih menangis, beberapa org menangis mengingat msh bnyak org diatas(di gunung).
Tiba2 intruksi untuk tim kami turun apapun keadaannya, tubuhku masih berdiri dan di peluk erat oleh anak kecil itu. namun itu perintah yang tidak satupun dari kami boleh melawan, aku melepaskan jari2 kecil anak itu dan berlari meninggalkan barak sehingga kami terevakuasi lebih awal.
Menangis, hati ini menangis membayangkan tangisan anak kecil itu, ibu dan bapaknya ntah kemana saat ini dan aku tak tahu dia di tangan siapa sekarang...
"ibu, kini aku mulai mengerti apa yang dulu engkau ucapkan"
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di terminal bis itu, jika aku tidak slah mengingat kala itu di Bulan Oktober atau November.
Malam hari aku bersama seorang sahabatku, dia akan pergi ke suatu tempat dan akan jauh dariku...
"aku tidak tega meninggalkanmu sendirian disini(di terminal)" kata sahabatku.
"tidak apa-apa, sy baik2 saja" aku menjawab dengan santai, melepas jejak kaki sahabat yang ada di depanku.
Beberapa langkah ia berjalan dan kembali lagi seraya berkata "InsyaAllah Januari sy kembali" dan dia pergi.
Aku segera membalikkan tubuhku ketika dia telah memasuki bis.
Bulir air mata itu semakin deras, langkahku gontai. Aku tadi bilang tidak apa2, tp knapa aku menangis?? "hanya 2 bulan, tp knapa air mata ini tidak bisa berhenti??"
Menyusuri malam dengan kehampaan,,,
"Ibu, inikah rasanya ketika org yg kita syngi pergi??"
Kini sudah bulan januari, dan Januari akan habis dalam 5 hari lagi dan aku berfikir kata2 "InsyaAllah Januari sy kembali" itu sepertinya bukan untukku.
Sahabatku, akankah kau merasakan hal yang sama denganku? Aku tak menuntutmu, aku berdo'a semoga km baik2 disana.
Aku menyayangimu karena Allah...

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
 

CAHAYA HATI Template by Ipietoon Cute Blog Design