Suatu hari aku meliht sepasang laki2&perempuan sdang mnunggu bis, kala itu aku sdang mnunggu di jemput ortu.
Perempuan
itu terlihat tegang wajahnya dengan mnggendong seorang anak kecil. Dari
kejauhan aku melihat bis melaju kencang mendekati kedua pasang suami
istri itu.
Terlihat olehku, sebelum bis itu berhenti, perempuan
itu menggenggam erat tangan suaminya. Laki2 itu mencium anaknya dan
mencium kening istrinya. Tak ku sangka perempuan itu meneteskan air
mata, aku meliahtnya seraya berkata dlm hati "Haduuuh, kok lebay banget.
Dia kan pergi sementara bukan slamanya". Ketika laki2 itu naik bis,
perempuan itu semakin kencang menangis, namun bis itu tak
menghiraukannya dan pergi begitu saja membawa suaminya.
Bahkan ketika bis itu lenyap dari pandangan, perempuan itu tetap terisak di pinggir jalan.
Beberapa orang mencoba menenangkannya, dan dari situ aku tahu bahwa laki2 itu pergi untuk waktu yg lama untuk mncari nafkah.
Dalam hati aku berkata lagi "gitu aja nangis, kan cuma bbrp bulan paling".
Datanglah bapakku, dan aku pergi begitu saja mningglkan org2 yg ramai dengan pembicaraannya.
Sampai
di rumah, aku bercerita pada ibuku "Bu, td aku lihat sepasang suami
istri, si laki2 pergi naik bis mau cari nafkah dlm wktu lama. Tadi si
prempuan nangis gag jelas di pinggir jalan, kok gag malu ya"
Ibuku
hanya tersenyum dan berkata "Jelaslah nduk, itu karena dia syang pada
suaminya. Suatu saat km akan tahu bgmna jika jauh dgn org yg km
sayangi".
Aku hanya nyengir sambil berkata "Ooo gt tho buk, tapi aneh ya buk".Ibuku hanya tersenyum mengelus rambutku...
----------------------------------------------------------------------------------------------------
Pada
kali ini aku mendapatkan kesempatan untuk bergabung di tim crisis
centre di kampusku, beberapa orang termasuk aku berangkat ke pengungsian
dikala merapi meletus. Jiwa sosialku terpanggil, tatkala kami sampai di
suatu desa pd mlm hari, wkt itu teringat sekali mobil kami hampir
terguling dan kami harus keluar dari dalam mini bus itu. kami berjalan
menuju pengungsian, kulihat motor penuh debu, org2 ramai lalu lalang.
Kami menyisir desa terdekat dan kami dapatkan mushola untuk bermalam.
Keesokan harinya, kami harus menyebar ke 3 barak pengungsian. Kala itu
aku bersama seorang dosen dan seorg kakak kelas, aku melihat fenomena
yang tak pernah terlihat bahkan terbayangkan olehku. ratusan orang
berebut pakaian, mencuci baju di got, bahkan disampingnya ada anak2 yg
mandi.
"Ya Rabb, apa mereka sudah tdk memikirkan kesehatan lg?" sejenak itu yang ada dlm hatiku.
Kulanjutkan
ke barak yang lain, aku melihat beberapa suster biara sedang membantu
memasak di dapur umum, begitu juga dengan bbrapa pemuda... Aku mengingat
barak itu ada di sebuah SD,di setiap ruang kelas tinggal orang satu
desa. pada ruang kelas ke tiga kami bertemu ibu2 yg sedang menyapu, aku
coba menyapanya dan berusaha berbicara padanya. Tak ku sangka ibu itu
malah bercerita banyak padaku sambil menangis kata ibu itu "Semua ini
kuasa Allah mbak, lihat saja anak dan menantu saya skarang sudah mninggl
kena lahar, tetangga saya yg kaya raya juragan sapi, 17 ekor sapinya
kena lahar, dan pak lurah mbk anaknya dua, kemren ke atas karena ingin
menjemput neneknya yang dikira masih tertinggal dirumah, tp neneknya
sudah di pengungsian. waktu menjemput itu merapi meletus dan pak lurah
kehilangan dua anak kandungnya, itu mbk pak lurah" Sembari menunjuk
seorang laki2. 'jlebb' perasaanku kala itu tak tahu sdang kemana,,, ibu
itu menangis di hadapanku dan ingin aku memeluknya tp dia berusaha
tegar.
Laki2 itu yg di panggil 'pak lurah' sedikit tersenyum pdku, namun tak berkata sepatah katapun. Mencoba untuk tegar,,,,
"Ya Rabb, kuatkan mereka" hanya itu pintaku dalam hati
Butiran air mulai menetes dr mataku, dan ibu dosenpun terenyuh.
Aku segera pergi dari barak itu, tak tahan melihat mereka...
Pada
barak slanjutnya, aku melihat seorang nenek yg tak bisa bergerak, hanya
terbaring lemah dan bicaranyapun sulit aku pahami. namun ada sang anak
yg menerjemhknnya, nenek itu bercerita tentang 'mbah marijan'. sdikit
tertawa aku di buatnya, namun ketika aku tnya sudah mkan atau blm
ternyata sang anak mnjawab "Belum mbk, ibu tidak dikasih makanan krn ibu
tdk bisa makan nasi". Alamaaak, apa-apan iniii...wkt itu bu dosen bawa
sereal, aku lari ke dapur umum yang tak rupa dapur, petugasnya tak bgitu
mnghiraukan mungkin sudah lelah dan aku meraciknya sndiri, aku suapi
sang nenek krn anaknya sedang merawat suaminya yang lengannya patah
ketika jatuh dari motor menghindar dr lahar...
setelah itu aku
bermain dgn adik2 kecil2 seusia SD dr kls 2 sampai 5 SD, dan tiba2
gunung itu meletus lg dan org2 pada panik, aku dan teman2 bergegas
membagikan masker, "tenang dan jangan bikin orang khawatir" itu yang ku
dengar meski sesungguhnya aku panik namun aku coba tenang. Aku kembali
pada adik2ku, adik yang usia 5thn itu memelukku erat dan bbrp adik2 di
sampingku,"tenang dik, tidak apa2 kok". tiba2 sang kakak yang kelas 3SD
berkata
"ibu bapak masih di atas mbk"
"di atas? di barak? ayok kita cari" jwbku singkat.
"ndak mbk, ibu dan bpk jenguk ternak di rumah atas"
GLEDEER,, dalam hati aku berkata "diatas, dan skrg sdang mngalir lahar"
Aku memeluk mereka dan mereka masih menangis, beberapa org menangis mengingat msh bnyak org diatas(di gunung).
Tiba2
intruksi untuk tim kami turun apapun keadaannya, tubuhku masih berdiri
dan di peluk erat oleh anak kecil itu. namun itu perintah yang tidak
satupun dari kami boleh melawan, aku melepaskan jari2 kecil anak itu dan
berlari meninggalkan barak sehingga kami terevakuasi lebih awal.
Menangis,
hati ini menangis membayangkan tangisan anak kecil itu, ibu dan
bapaknya ntah kemana saat ini dan aku tak tahu dia di tangan siapa
sekarang...
"ibu, kini aku mulai mengerti apa yang dulu engkau ucapkan"
----------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
Di terminal bis itu, jika aku tidak slah mengingat kala itu di Bulan Oktober atau November.
Malam hari aku bersama seorang sahabatku, dia akan pergi ke suatu tempat dan akan jauh dariku...
"aku tidak tega meninggalkanmu sendirian disini(di terminal)" kata sahabatku.
"tidak apa-apa, sy baik2 saja" aku menjawab dengan santai, melepas jejak kaki sahabat yang ada di depanku.
Beberapa langkah ia berjalan dan kembali lagi seraya berkata "InsyaAllah Januari sy kembali" dan dia pergi.
Aku segera membalikkan tubuhku ketika dia telah memasuki bis.
Bulir
air mata itu semakin deras, langkahku gontai. Aku tadi bilang tidak
apa2, tp knapa aku menangis?? "hanya 2 bulan, tp knapa air mata ini
tidak bisa berhenti??"
Menyusuri malam dengan kehampaan,,,
"Ibu, inikah rasanya ketika org yg kita syngi pergi??"
Kini
sudah bulan januari, dan Januari akan habis dalam 5 hari lagi dan aku
berfikir kata2 "InsyaAllah Januari sy kembali" itu sepertinya bukan
untukku.
Sahabatku, akankah kau merasakan hal yang sama denganku? Aku tak menuntutmu, aku berdo'a semoga km baik2 disana.
Aku menyayangimu karena Allah...
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
Powered by Blogger.
0 comments:
Post a Comment