Monday, October 29, 2012

Hanya goresan tinta luapan hati



Bismillah...
Tertidur ketika melakukan perjalanan mengikuti arus balik lebaran idul adha memberikan sedikit catatan dalam perjalanan hidupku. Kali ini aku berangkat dari rumah pukul 04.30 bersama ayahku, namun kami berpisah di perempatan jalan dimana aku arus melanjutkan perjalananku menuju Surabaya sedangkan ayah melakukan tugas mulianya sebagai seorang guru. Setelah ku cium tangannya dan mengucapkan salam aku berjalan menuju tempat dimana seharusnya aku menunggu bis, sambil melihat laju mobil ayah yang berjalan menjauh dariku, dalam hati aku berkata “hati-hati ayah, aku menyayangimu”.

Ada bis menuju halte dimana aku dan beberapa penumpang berdiri, namun bis itu penuh. “ayo tidak ada bis” bujuk kondektur untuk menarik penumpang, dan tak sedikit penumpang yang tertipu. Aku hanya diam mematung menunggu bis yang bisa aku tempati untuk duduk karena jarak bojonegoro – surabaya bukanlah jarak yang dekat menurutku. Datang bis ketiga dan Alhamdulillah kami semua mendapatkan tempat duduk masing-masing. Setelah membayar ongkos bis, beberapa menit kemudian aku tertidur seperti biasanya ketika perjalanan.

Aku terbangun ketika bis sudah mulai panas dan pengap, ketika itu sudah banyak orang yang berdiri dan tidak mendapatkan kursi. Aku melihat beberapa orang yang berdiri adalah laki-laki dan ada beberapa perempuan muda, namun aku terhenyak ketika menoleh di samping kananku ada seorang wanita muda menggendong bayinya yang berusia sekitar 2 bulan sedang berdiri. Ya tepat di sampingku, namun wanita itu memunggungiku. Aku tak langsung bergerak untuk mempersilakannya duduk, tapi aku menunggu para laki-laki yang duduk itu memberikan kesempatan duduk pada wanita itu. Aku memberi waktu, setelah aku rasa cukup karena tidak ada yang berbuat, lalu aku panggil wanita itu untuk duduk di tempatku.

Perjalananku masih melewati satu kota lagi dan kota ini sangat rawan macet apalagi dengan kondisi arus balik lebaran seperti ini. Namun aku harus elatih kaki ini untuk tidak manja disembunyikan di balik kursi, ya, aku harus berdiri. Subhanallah bayi yang digendong wanita itu sangatlah lucu, matanya bulat bersinar, pipinya tembem bikin orang ingin mencubitnya, dan senyumnya benar-benar bikin hati ini terpikat, kini aku lebih bersyukur karena aku bisa memandangi bayi itu sampai tempat tujuanku.

Dari tempat aku berdiri, aku bisa melihat bagaimana macetnya jalanan kecil menuju surabaya, beberapa mobil besar dipaksa untuk jalan meskipun didepannya terdapat antrian motor. Terlihat tidak manusiawi tapi itu jalan terbaik karena dengan itu motor-motor yang melawan arus bisa berputar arah karena takut terlindas oleh mobil-mobil besar dihadapannya. Begitulah bdaya antri di sepanjang jalan yang aku lihat, bukan malah mempercepat perjalanan malah mereka merugikan orang lain.

Aku pun masih tak habis berfikir, aku melihat ada seorang nenek berdiri di samping seorang laki-laki muda yang duduk manis di dalam bis. Rasanya hati ini sakit melihatnya, begitu banyak laki-laki yang duduk dan tidak mempersilakan nenek itu duduk adalah suatu yang menurutku tidak pantas. Tiba-tiba aku teringat ketika naik busway di jakarta, ada aturan untuk mempersilakan duduk untuk ibu hamil, orang tua, dsb. “masa’ iya harus dibuatin peraturan dulu seperti itu? Mana solidaritas organik yang dikatakan Emile Durkheim itu? Rasa-rasanya masyarakat desapun sekarang sudah mulai menuju solidaritas organik yang syarat akan kepentingan individu”

Jika aku mau berfikir positif, mungkin aku akan berkata “mungkin laki-laki yang duduk itu sedang mempersiapkan tenaganya untuk bekerja menafkahi keluarganya sehingga butuh duduk” namun aku tidak bisa berfikir positif, aku hanya bergumam pada diriku “jika mereka bekerja untuk istrinya, berarti dia menghargai wanita tapi mengapa begitu cuek dengan nenek itu yang seharusnya dengan melihat nenek itu mereka lebih mengingat ibunya?”. Aku tidak akan emosi jika yang duduk adalah wanita, namun ini laki-laki yang aku rasa masih cukup kuat untuk berdiri. Semoga Allah memaafkan prasangkaku ini.

“itu hal yang wajar Ma, laki-laki sekarang seperti tidak peka terhadap kondisi” kata seorang teman disela-sela diskusiku dengannya. Ya, mungkin ini suatu kewajaran. Mengingat sudah terlalu banyak bahasan tentang kesetaraan gender di bumi Indonesia ini, dan sekarang bukan zamannya lagi wanita menuntut untuk diperlakukan setara dengan laki-laki tapi laki-laki juga berhak memperlakukan wanita sekuat mereka. Arrgh, sekarang pemikiranku menjadi seperti itu. Aku tak ingimn mengikuti kewajaran-kewajaran yang menurutku justru tidak wajar.

Bahkan ketika aku ingin berdo’a “Ya Allah berilah aku kesabaran”, aku menjadi teringat akan catatan seorang teman ketika Allah berkata tidak, maka Allah akan menjawab do’aku "Tidak. Kesabaran didapat dari ketabahan dalam menghadapi cobaan, tidak diberikan, kau harus meraihnya sendiri." Aku merasa malu untuk apa yang aku alami hari ini, aku hanya berdo’a “maafkanlah mereka, bukalah pintu hati mereka untuk sedikit berbelas kasihan pada sesama makhlukMu”.

Surabaya, 29 Oktober 2012
Siti Rohmawatin

0 comments:

Post a Comment

Powered by Blogger.
 

CAHAYA HATI Template by Ipietoon Cute Blog Design